Ario Soerjo
Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo (biasa dikenal dengan nama Gubernur
Soerjo); lahir di Magetan, Jawa Timur, 9 Juli 1895 – meninggal di Bago,
Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur, 10 September 1948 pada umur 53 tahun)
adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dan gubernur pertama Jawa
Timur dari tahun 1945 hingga tahun 1948. Sebelumnya, ia menjabat Bupati
di Kabupaten Magetan dari tahun 1938 hingga tahun 1943. Ia adalah
menantu Raden Mas Arja Hadiwinoto.
Setelah menjabat bupati Magetan, ia menjabat Su Cho Kan Bojonegoro pada tahun 1943.
RM Suryo membuat perjanjian gencatan senjata dengan komandan pasukan Inggris Brigadir Jendral Mallaby di Surabaya pada tanggal 26 Oktober 1945. Namun tetap saja meletus pertempuran tiga hari di Surabaya 28-30 Oktober yang membuat Inggris terdesak. Presiden Sukarno memutuskan datang ke Surabaya untuk mendamaikan kedua pihak.
Setelah menjabat bupati Magetan, ia menjabat Su Cho Kan Bojonegoro pada tahun 1943.
RM Suryo membuat perjanjian gencatan senjata dengan komandan pasukan Inggris Brigadir Jendral Mallaby di Surabaya pada tanggal 26 Oktober 1945. Namun tetap saja meletus pertempuran tiga hari di Surabaya 28-30 Oktober yang membuat Inggris terdesak. Presiden Sukarno memutuskan datang ke Surabaya untuk mendamaikan kedua pihak.
Gencatan senjata yang disepakati tidak diketahui sepebuhnya oleh para
pejuang pribumi. Tetap saja terjadi kontak senjata yang menewaskan
Mallaby. Hal ini menyulut kemarahan pasukan Inggris. Komandan pasukan
yang bernama Jenderal Mansergh mengultimatum rakyat Surabaya supaya
menyerahkan semua senjata paling tanggal 9 November 1945, atau keesokan
harinya Surabaya akan dihancurkan.
Menanggapi ultimatum tersebut, Presiden Sukarno menyerahkan sepenuhnya
keputusan di tangan pemerintah Jawa Timur, yaitu menolak atau menyerah.
Gubernur Suryo dengan tegas berpidato di RRI bahwa Arek-Arek Suroboyo
akan melawan ultimatum Inggris sampai darah penghabisan.
Maka meletuslah pertempuran besar antara rakyat Jawa Timur melawan Inggris di Surabaya yang dimulai tanggal 10 November 1945. Selama tiga minggu pertempuran terjadi di mana Surabaya akhirnya menjadi kota mati. Gubernur Suryo termasuk golongan yang terakhir meninggalkan Surabaya untuk kemudian membangun pemerintahan darurat di Mojokerto.
Maka meletuslah pertempuran besar antara rakyat Jawa Timur melawan Inggris di Surabaya yang dimulai tanggal 10 November 1945. Selama tiga minggu pertempuran terjadi di mana Surabaya akhirnya menjadi kota mati. Gubernur Suryo termasuk golongan yang terakhir meninggalkan Surabaya untuk kemudian membangun pemerintahan darurat di Mojokerto.
Tanggal 10 September 1948, mobil RM Suryo dicegat pemberontak anggota
Partai Komunis Indonesia (PKI) di di tengah hutan Peleng, Kedunggalar,
Ngawi. Dua perwira polisi yang lewat dengan mobil ikut ditangkap. Ke 3
orang lalu ditelanjangi, diseret ke dalam hutan dan dibunuh. Mayat ke 3
orang ditemukan keesokan harinya oleh seorang pencari kayu bakar.
R. M. T. Soerjo dimakamkan di makam Sasono Mulyo, Sawahan, Kabupaten Magetan. Sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang jasa-jasanya terletak di Kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi.
R. M. T. Soerjo dimakamkan di makam Sasono Mulyo, Sawahan, Kabupaten Magetan. Sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang jasa-jasanya terletak di Kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar